IQNA

Penelitian Baru di Singapura: 

Urgensi Interaksi Antar Para Penganut Agama dalam Saling Memperkuat Pengertian

22:26 - September 28, 2018
Berita ID: 3472531
SINGAPURA (IQNA) - Hasil sebuah penelitian di Singapura menunjukkan bahwa individu yang memiliki interaksi lebih dengan pengikut agama dan pelbagai etnis telah menemukan banyak pemahaman tentang mereka dan  empati dengan mereka semakin bertambah.

Menurut laporan IQNA dilansir dari Street Times, hasil penelitian dari lembaga studi  pembuat kebijakan di Singapura menunjukkan bahwa masyarakat negara ini bereaksi lebih lambat saat serangan teroris dilakukan oleh seorang individu muslim dibandingkan ketika seorang Buddha atau Kristen dan Hindu melakukan aksi semacam ini.

Dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 dengan partisipasi 2.000 warga ini, menemukan bahwa Kecil kemungkinannya bahwa orang-orang lansia atau berpenghasilan rendah di negeri ini akan berempati dan menerima kaum muslim dalam kondisi seperti itu.

Kendati demikian, individu non-Muslim yang berinteraksi lebih banyak dengan orang-orang dari pelbagai ras lebih mungkin untuk mengekspresikan solidaritas dengan muslim setelah serangan teroris, yang mana hal ini menunjukkan pentingnya interaksi sosial dalam memahami secara benar tentang para pengikut agama dan pelbagai ras.

Para peserta dalam penelitian itu ditanyakan, seandainya diberitakan terjadi ledakan bom di jaringan televisi, di mana 15 orang tewas dan 40 terluka; pihak berwenang mengumumkan identitas para pelaku dalam empat skenario berbeda, Muslim, Buddha, Kristen dan Hindu.

48 %  responden mengatakan bahwa jika sebuah kelompok Islam melakukan serangan seperti itu, Muslim yang hilir mudik di sekitar mereka akan dicurigai. Angka ini diumumkan untuk umat Buddha dan 40% untuk Hindu, dan 35% untuk pelaku kriminal potensial Kristen.

Kemungkinan besar terdapat orang-orang berpendidikan rendah atau berpenghasilan rendah menunjukkan kurang percaya diri dan sedikit menerima dirinya setelah serangan teroris. Ini mungkin disebabkan bahwa orang-orang ini biasanya memiliki interaksi multibudaya atau antar ras yang lebih sedikit.

Para responden ditanya, jika dompet seseorang telah jatuh di sebuah toko besar, pengikut agama manakah yang akan lebih mungkin untuk mengembalikannya, mayoritas responden China mengatakan bahwa mereka tidak dapat percaya dengan orang-orang India dan orang-orang Melayu dimana mereka akan mengembalikan dompet tersebut dan mereka akan lebih percaya dengan seorang China.

Sementara individu non-muslim yang memiliki banyak hubungan antaretnis, seperti persahabatan atau pengalaman bersama budaya selama dua tahun terakhir, menyatakan kecenderungan Islamofhobia lebih sedikit setelah serangan oleh kelompok Islam.

Para peneliti mengatakan hasil ini menunjukkan bahwa upaya untuk saling memperkuat pengertian dan konvergensi antar kelompok etnis dan pelbagai agama di Singapura harus dilanjutkan melalui acara dan ritual-ritual di komunitas lokal, sekolah dan organisasi-organisasi lainnya.

Dr. Matthews, direktur penelitian mengatakan, “Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan dalam kohesi sosial kita dalam kondisi tenang saat ini.”

 

http://iqna.ir/fa/news/3750214

 

 

captcha