IQNA

Melihat Indikator Manajemen Dunia di Madinatun Nabi

8:28 - October 12, 2022
Berita ID: 3477435
TEHERAN (IQNA) - Sebagai ahli teori pandangan dunia ketuhanan, Nabi Muhammad (saw) menggunakan rencana baru dalam pembangunan eksternal dan internal kota Madinah di Arab Saudi sebagai ibu kota dunia Islam, yang dianggap sebagai model pembangunan komunitas dan manajemen dunia.

Masyarakat madani adalah model yang digambarkan oleh para filosof barat untuk kebahagiaan manusia, dan di dalamnya juga ada model gaya hidup.

"Madinatun Nabi" adalah sebuah model pembangunan komunitas dan manajemen dunia yang dipresentasikan oleh Nabi Muhammad (saw). Sebagai ahli teori pandangan dunia ilahi, beliau menggunakan rencana baru dalam pembangunan eksternal dan internal kota Madinah di Arab sebagai ibu kota dunia Islam. Rencana ini jelas bukan rencana terbatas di Madinah, tetapi rencana global untuk pengelolaan masyarakat insani.

Komponen “Madinatun Nabi” Nabi Muhammad (saw) yang merupakan rencana pembangunan komunitas beliau untuk membangun dan mengelola dunia kemanusiaan dapat kita paparkan dengan tiga kriteria dan satu tujuan. Ketiga kriteria tersebut antara lain: filosofis (hikmah), kesucian, dan poros keadilan.

Semboyan Islam dan tujuan utama dari ketiga indikator tersebut adalah kalimat “Quluu La Ilaha illa Allah Tuflihuu” yang pesannya berporoskan pada Tuhan dan spiritualitas.

Filosofis

Hikmat dalam Islam adalah ilmu dan cahaya yang memberi pemiliknya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk dan diperoleh melalui penguatan kemahiran rasionalitas dan pensucian moral.

Kesucian

Dalam Islam, laki-laki dan perempuan diperintahkan untuk kesucian. Kesucian adalah kekuatan batin yang, dengan perkembangannya, seseorang dapat menghadapi keinginannya yang tidak sah dan kebinatangan serta mengendalikannya dan mencegah munculnya nafsu dalam masyarakat dan sebagai akibatnya, merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Poros keadilan

Dalam peradaban Islam, keadilan menjadi prioritas dan standar. Artinya, sejauh keadilan tercapai dalam masyarakat maka sejauh itupun masyarakat berada di jalan Islam. Masalah ini begitu penting dalam teks-teks Islam sampai-sampai para ulama Islam menganggap pekerjaan para nabi Ilahi itu terbatas dalam dua tugas; mengajak beribadah dan keadilan. (HRY)

* Diambil dari buku "Gaya Hidup, Kinerja Khusus Abad Ini" karya Hujjatul Islam Hossein Abbasi Asl

captcha