IQNA

Wawancara IQNA dengan Wakil Ketua Universitas Timur Dhaka;

Bangladesh Menentang Keputusan Trump Melawan Quds / Interaksi dengan non-Muslim, Kebutuhan untuk Mengenalkan Islam

12:30 - January 25, 2018
Berita ID: 3471896
DHAKA (IQNA) - Wakil Ketua universitas Dhaka Timur dengan mengisyaratkan respon masyarakat Bangladesh terhadap keputusan Trump baru-baru ini yang meresmikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak dapat diterima dan Bangladesh menentang keputusan yang tidak adil ini.

Prof. Muhammad Meshkat Uddin, Wakil Ketua Universitas Dhaka Timur di Bangladesh, dalam sebuah wawancara dengan IQNA, menjelaskan kondisi kegiatan Islam di sejumlah universitas negara ini, bagaimana memperkenalkan Islam secara benar kepada non-Muslim dan reaksi masyarakat Bangladesh terhadap isu-isu dunia Islam, terutama keputusan anti-Palestina, Donald Trump, Presiden Amerika Serikat yang mengumumkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dengan memperkenalkan dirinya, ia mengatakan, saya memulai studi sarjana s1 di Universitas Dhaka sebelum pergi ke Amerika Serikat untuk belajar di Indiana di jenjang s2 Business Administration dan Ph.D. di Universitas Ohio, dan saya mengajar di universitas ini selama tiga tahun.

“Setelah kembali ke Bangladesh, saya mengajar di sebuah universitas swasta, dan sekarang saya adalah kepala salah satu universitas swasta dan Wakil Ketua Universitas Dhaka,” imbuh Muhammad Meshkat Uddin.

Meshkat Uddin terkait disipilin Islam universitas Dhaka Timur mengatakan, universitas Dhaka adalah salah satu universitas terbesar di Bangladesh, karena memiliki 12.000 mahasiswa dan 400 karyawan dan profesor, di situ diajarkan semua disiplin tradisional, seperti bisnis, teknik dan sains, namun ada sebuah divisi dengan nama studi Islam di universitas ini yang mengetengahkan disiplin tentang sejarah dan budaya Islam dan pelbagai aspek Islam.

Dia mengatakan, demikian juga ada juga pusat pengajaran bahasa Persia dan bahasa lainnya seperti bahasa Arab, Prancis, Cina dan Inggris di universitas Dhaka.

Aktivitas Islam di Universitas-universitas Bangladesh

Wakil Ketua Universitas Dhaka Timur menegaskan, pelbagai kegiatan Islam diadakan di Universitas Dhaka, karena divisi khusus dikhususkan untuk ini, dan berbagai mahasiswa dari pelbagai negara-negara Islam dengan pelbagai bahasa melakukan kegiatan-kegiatan Islam di universitas ini.

“Namun di kebanyakan universitas swasta, disiplin dan tema-tema yang ditawarkan dalam hal mendapatkan spesialisasi dan mencari pekerjaan, dan para mahasiswa dari universitas-universitas ini hanya belajar dengan tujuan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai,” imbuhnya.

Bangladesh Menentang Keputusan Trump Melawan Quds / Interaksi dengan non-Muslim, Kebutuhan untuk Mengenalkan Islam

Hubungan dengan Iran

Meshkat Uddin membahas hubungan antara Universitas Dhaka dan universitas-universitas Islam lainnya di dunia. “Universitas Dhaka telah bekerja sama dengan Iran karena kedutaan Iran di Dhaka. Demikian juga, pusat kebudayaan dan sekolah-sekolah Iran juga telah menjalin hubungan yang baik dengan universitas,” ungkapnya.

Dia menambahkan, setelah mengunjungi Pusat Kebudayaan serta Sekolah Internasional Iran di Dhaka, yang diundang sebagai tamu di sebuah program sekolah internasional sebulan yang lalu, saya menghubungi kedutaan Iran dan pusat-pusat ini, dan Universitas Dhaka bekerja sama dengan baik dengan pusat-pusat ini.

Bangladesh Menentang Keputusan Trump Melawan Quds / Interaksi dengan non-Muslim, Kebutuhan untuk Mengenalkan Islam

Masyarakat Bangladesh dan Insiden-insiden Dunia Islam

Wakil Ketua Universitas Dhaka Timur mengisyaratkan kadar pengetahuan masyarakat Bangladesh tentang insiden-insiden dunia Islam dan respon masyarakat negara ini atas keputusan terbaru Trump yang meresmikan Yeruslem sebagai ibukota Israel dan mengatakan, keputusan ini tidak dapat diterima oleh siapapun dan Bangladesh menentang keputusan tidak adil ini.

Dia mengatakan, Bangladesh berukuran kecil, tapi sangat padat, dan memiliki sekitar 150 juta penduduk, saya dapat mengatakan bahwa 95 juta orang Bangladesh menentang keputusan Trump, karena keputusan ini benar-benar tidak adil.

Meshkat Uddin menyarankan agar semua umat Islam harus bersatu untuk menghadapi keputusan Trump dan berkata, beberapa keputusan tentang hal ini telah diambil oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan organisasi ini, namun Trump adalah sosok bodoh dan mencoba memaksakan keputusan-keputusannya kepada semua lapisan masyarakat dunia dengan tanpa bermusyawarah dengan seorang pun dan respon seseorang tidaklah penting baginya.

Dia menegaskan, umat muslim harus bersatu dan menentang keputusan salah Trump, Bangladesh juga menyatakan keberatannya terhadap hal ini.

Peran Dialog dalam Menyelesaikan Problem

Wakil Ketua Universitas Dhaka dengan menegaskan peran dialog antar negara-negara Islam untuk menemukan solusi bersama untuk masalah-masalah dunia Islam, menambahkan, dialog memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah, dan dalam dialog ini, kita harus fokus pada cara-cara di mana kita dapat memperbaiki dan memperkuat hubungan dan jalinan antar negara.

Dia mengatakan, kita juga harus fokus pada cara berkomunikasi dengan negara-negara non-muslim, karena Islam telah merekomendasikan koeksistensi damai dengan para penganut agama, yaitu, kita harus mencoba mengupayakan para penganut agama-agama lain agar mengenal Islam dan muslim dengan benar.

Meshkat Uddin menambahkan, Jika kita tidak memberikan jalinan persahabatan pada masyarkat, maka tidak akan pernah mengenal Islam yang sebenarnya. Terutama orang seperti Trump, jika dia mengetahui kebenaran Islam, maka dia tidak akan pernah mengambil keputusan yang tidak adil tentang Quds, dan tidak berusaha memaksakannya kepada warga Palestina.

Dia di penghujung mengatakan, semakin banyak orang lebih mengenal agama-agama, saling menghormati antar mereka akan semakin bertambah, dan mereka tidak akan pernah diam terhadap keputusan semacam itu yang menyakiti perasaan penganut sebuah agama.

Dimana Bangladesh

Bangladesh terletak di Asia tenggara, dan tetangga Burma dan India, dan tetanggaan ini menyebabkan munculnya banyak kesamaan dalam gaya hidup masyarakat. Bangladesh memiliki populasi sekitar 150 juta orang di negara berpenduduk paling banyak di dunia.

Dari aspek iklim, negara ini beriklim sedang dan memiliki banyak sungai, yang telah menciptakan lahan subur dan menyibukkan sejumlah besar orang di Bangladesh dengan bertani.

Bangladesh, seperti India, merupakan negara miskin, dan oleh karena itu biaya belajar dan hidup di negara ini jauh lebih rendah daripada di negara-negara Asia dan Eropa lainnya.

Hubungan Iran dan Bangladesh

Iran dan Bangladesh, sebagai dua negara Asia, kendati memiliki banyak jarak, namun telah lama memiliki sejarah panjang dalam hubungan perdagangan satu sama lain dan  berbagai faktor telah menyatukan satu sama lain dan memperkuat hubungan mereka.

Hubungan budaya resmi antara Iran dan Bangladesh dimulai dengan penandatanganan kesepakatan budaya antara kedua negara pada 1354 (1974). Namun puncak aktivitas budaya kedua negara ini kembali pada masa setelah kemenangan Revolusi Islam di Iran.

Selama periode ini, dengan kunjungan pejabat tinggi kedua negara, hubungan dua belah pihak termasuk hubungan kebudayaan telah bersemi kembali.

Atase Kebudayaan Kedutaan Besar dan Pusat Kebudayaan Iran memulai kinerjanya di Dhaka pada tahun 1983. Pusat ini mengemban pelaksanan program budaya negara Iran di Bangladesh.

Bangladesh Menentang Keputusan Trump Melawan Quds / Interaksi dengan non-Muslim, Kebutuhan untuk Mengenalkan Islam

http://iqna.ir/fa/news/3684876

captcha